
2. Wahyu pertama
yang diturunkan Allah berbunyi: " اقراء"
artinya bacalah (Q.s al-'Alaq/96: 1).
Kalam Allah yang pertama sekali disampaikan kepada utusan-Nya Muhammad Saw adalah "' اقراء " atau perintah membaca bukan perintah berzikir. (M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 15, 2002: 455). Shalat wajib 5 kali sehari semalam termasuk perbuatan zikir. Hal ini berarti perintah pertama kepada Rasul-Nya Muhammad Saw. bukanlah shalat tetapi membaca. Kita ketahui bahwa perintah melaksanakan shalat 5 kali sehari semalam baru terjadi pada tahun ke 12 kenabian yakni pada peristiwa bersejarah Isra' wal mi'raj.
Syeikh Ahmad Musthafa
al-Maraghi dalam tafsirnya mengemukakan
bahwa ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan tentang keutamaan membaca,
menulis dan ilmu pengetahuan. (Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir
al-Maraghi, Maktabah Syamilah). Aktivitas membaca diringi dengan "bismi rabbika
(demi karena Allah)" maka Allah akan menganugerahkan ilmu pengetahuan, pemahaman-pemahaman dan
wawasan baru. (M.Quraish Shibab, Membumikan al-Quran, 1992: 170).
Berdasarkan pemahaman di atas, wahyu
pertama yang diturukan Allah kepada Rasul-Nya dan umat Islam adalah
menuntut ilmu pengetahuan. Dengan
demikian keilmuan menjadi kebutuhan manusia setiap individu untuk melangsungkan kehidupannya. Apalagi
seorang pemimpin yang dipercaya untuk mengembangkan setiap individu itu dari
segi pengetahuannya, keterampilannya maupun kepribadiannya.
M. Quraish Shihab
kembali menegaskan bahwa fungsi manusia sebagai 'abd Allah dan khalifah di al-ardh adalah konsekuensi
dari potensi keilmuan yang dianugerahkan Allah kepada manusia sekaligus sebagai
persyaratan mutlak bagi kesempurnaan pelaksanaan kedua fungsi tersebut.(1992:
171). Di sini jelas sekali bahwa
keilmuan menjadi kriteria utama calon pemimpin (khalifah) sekaligus juga
kriteria seorang 'abid.
Sangat menarik
pernyataan Shihab di atas yaitu jangankan
menjadi seorang pemimpin (khalifah), untuk menjadi seorang ahli ibadah pun
mesti berilmu. Kriteria ini juga bukan tanpa alasan. Dalam Islam diajarkan
bahwa iman dan amal tanpa ilmu tertolak dan ilmu tanpa iman merusak. Hal ini
berarti, orang yang melaksanakan shalat misalnya tanpa mengetahui syarat wajib,
syarat sah, rukun-rukun shalat maupun hukum-hukum bacaan dalam surah al-Fatihah
maka shalatnya ditolak oleh Allah Swt.
Sekali
lagi dapat saya tegaskan bahwa keilmuanlah
yang menyebabkan manusia dipercaya oleh Allah Swt. untuk menjadi pemimpin
(khalifah) di muka bumi ini dengan maksud
yang luar biasa sebagaimana dijelaskan dalam tafsir at-Thabari yakni
untuk menggantikan-Nya dalam memutuskan hukum secara adil di kalangan
makhluk-Nya.(Ibnu Jarir at-Thabari, Tafsir at-Thabari, Maktabah
Syamilah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar