A. Pendahuluan
Dalam
melakukan kegiatan Studi Filsafat Islam yang biasa terbayang dalam pikiran kita
adalah munculnya sederatan filosof muslim yang terkenal baik di dunia muslim
sampai ke dunia barat. Filosof-filosof muslim tersebut diantaranya adalah
al-Kindi, ar-Razi, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu
Bajah, Ibnu Thufail dan lain-lain. Kemunculan mereka di muka bumi ini telah
membawa kepada kemajuan Islam atau yang biasa disebut zaman keemasan Islam ( The
Golden Age ). Kita juga mengetahui bahwa disebutnya masa itu sebagai masa
kejayaan Islam ( 650 – 1492 M )
dikarenakan kehidupan umat Islam pada masa itu diwarnai dengan kebudayaan dan
peradaban yang tinggi pada masanya. Kebudayaan dan peradaban tersebut dapat
dilihat dari tingginya teknik arsitektur, sastra, seni, pemerintahan dan sudah
tentu tingginya kemajuan ilmu pengetahuan. Filosof-filosof muslim diatas bukanlah semata-mata seorang ahli
dzikir tetapi juga ahli pikir dan bahkan seorang ilmuwan. Intinya kejayaan
Islam bukan hanya didominasi oleh pemikiran filosofis an sich tetapi juga
diwarnai oleh ilmu-ilmu terapan yang kalau boleh dikatakan mirip dengan
teknologi zaman sekarang ini. Ilmu matematika, astronomi, kimia, fisika, optik,
ilmu bumi, kedokteran dan lain-lain adalah cabang-cabang ilmu yang ditekuni
oleh para filosof di atas. Jurji Zaidan menjelaskan bahwa industri kertas
sebagaimana yang telah dibuat oleh cina pada masa itu telah juga dapat
diusahakan pada masa Khalifah Harun al-Rasyid.[1]
Filsafat
menunjukkan wajahnya dan memperoleh kedudukan yang tinggi dalam Islam dan
mendapat pengakuan secara legal formal sebagai sebuah alat untuk mengkaji Islam
yaitu terjadi pada masa Khalifah Harun al-Rasyid. Puncaknya terjadi pada masa
Khalifah al-Makmun, putra Khalifah Harun al-Rasyid yang mendeklarasikan sebagai
penganut teologi muktazilah. Al-Makmun memerintah Daulah Abbasiyah tahun 813 –
833 M dan selanjutnya mendirikan tempat resmi pertama yaitu Daar al-Hikmah untuk mempelajari dan
menerjemahkan karya-karya penulis Yunani tentang ilmu pengetahuan dan filsafat.
Filsafat
Islam muncul di dunia muslim setelah mengalami interaksi dengan filsafat Yunani
yang dijumpai kaum muslimin pada abad
ke-8 M atau abad ke-2 H. terutama pemikiran Aristoteles atau lebih tepat
disebut Aristotelianisme dengan
sumber-sumber ajaran Islam yakni Al-Qur’an dan al-Hadits. Yang juga tidak bisa
dilupakan adalah pengaruh ajaran Platonisme atau lebih tepat Neoplatonisme yang telah membina dan
membangun kokohnya filsafat Islam.
B. Pengertian
Filsafat dan Filsafat Islam
Kata
filsafat atau falsafat sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu :
“philosophia” yang terbentuk dari “philos” yang berarti cinta dan “sophia” yang
berarti pengetahun. Jadi “philosophia” bermakna cinta kepada pengetahuan. Orang
yang cinta kepada pengetahuan disebut philosophos atau failasuf[2]
Ada juga teori lain yang
mengatakan bahwa filsafat terambil dari bahasa Yunani yang masuk dan
digunakan dalam bahasa arab yaitu berasal dari “philosophia”. Philo berarti cinta dan sophia berarti hikmah. Oleh karena itu
“philosophia” berarti cinta kepada hikmah atau cinta kebenaran.[3]
Tampaknya
ada sedikit perbedaan makna dari kata filsafat di atas. Teori yang pertama
mengatakan filsafat berarti cinta kepada pengetahuan sedang teori kedua
mengatakan bahwa filsafat berarti cinta kepada hikmah/kebenaran. Dalam kaitan ini perlu dijelaskan bahwa cinta
kepada pengetahuan yang dimaksudkan pada pengertian yang pertama adalah
pengetahuan ilmu atau biasa disebut “ilmu” saja. Pemilikan ilmu pada diri
seseorang pada dasarnya akan mengantarkannya pada hikmah ( kebijaksanaan ). Hal
ini sejalan dengan pengertian yang
dikemukakan oleh Muzayyin Arifin bahwa
sophos berarti ilmu atau hikmah.[4]
Akan tetapi filsafat bukanlah hikmah itu sendiri melainkan cinta akan hikmah,
cinta akan kebenaran dan cinta kepada ilmu. Sehingga orang yang disebut failasuf atau filosof itu adalah orang yang mencintai akan hikmah, kebenaran dan
ilmu. Allah SWT menjelaskan bahwa
manusia yang telah diberi anugerah hikmah berarti telah diberi kebaikan yang sangat
banyak.
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ
Artinya : “Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak.
Dan tidak ada mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.”
Dari
studi komparasi di atas dapat diperoleh rumusan bahwa terminologi Islam atau
Al-Qur’an yang sepadan dengan falsafat adalah Hikmah. Mustafa Abdurraziq mengatakan bahwa kata-kata hikmah dan hakim dalam bahasa arab dipakai dalam arti filsafat atau filosof.[6]
Dari
defenisi filsafat secara etimologis
tersebut dapat dikembangkan pengertiannya secara termonologis yaitu bahwa filsafat adalah suatu kegiatan atau
aktivitas yang menempatkan pengetahuan, ilmu atau kebijaksanaan sebagai sasaran
utamanya.[7] Makna
yang lain dikemukakan oleh Purwanto.
Menurutnya filsafat adalah alam
pikiran atau alam berpikir, meskipun tidak semua berpikir dapat disebut filsafat. Berfilsafat adalah berpikir mendalam dan sunguh-sungguh.[8] Jujun
S. Suriasumantri menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan filsafat adalah suatu aktivitas berpikir yang memiliki
karakteristik menyeluruh, mendasar dan spekulatif.[9] Dan masih ada satu pengertian lagi yang lebih mendekatkan kepada pemahaman
yang benar seperti yang dikemukakan oleh Sidi Gazalba. Filsafat, menurutnya adalah berpikir secara mendalam, sistematis,
radikal dan universal dalam mencari kebenaran, inti atau hakikat segala sesuatu
yang ada.[10]
Jika
dikaitkan dengan kata “Islam” maka filsafat
Islam dapat didefenisikan sebagai suatu ilmu yang ‘dicelup’ ajaran Islam dalam membahas hakikat kebenaran
segala sesuatu.[11]
Selain
itu, DR. Ahmad Fuad Al-Ahwani mengemukakan bahwa filsafat Islam ialah pembahasan yang meliputi berbagai soal alam
semesta dan bermacam masalah manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang
turun bersama lahirnya ajaran Islam,[12]
Berkaitan
dengan latarbelakang agama formal para filosof dan tempat munculnya
kajian-kajian filsafat Islam, DR. Ibrahim Madkour berpendapat bahwa filsafat Islam adalah segala studi
filsafat yang ditulis di dalam dunia Islam, baik penulisnya seorang muslim,
nasrani maupun yahudi. [13]
Mengenai
apa yang dibahas dalam filsafat dan filsafat Islam,:Oemar Amin Husein
berpendapat bahwa obyek kajian filsafat adalah segala sesuatu yang ada di alam
semesta dan segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Obyek tersebut dinamakan
obyek materia sedang obyek formanya adalah mencari keterangan yang
sedalam-dalamnya tentang obyek materia filsafat itu.[14]
Dikarenakan
filsafat Islam merupakan turunan dari filsafat itu sendiri maka obyek filsafat
Islam juga tidak berbeda dengan obyek filsafat yaitu tentang Tuhan, manusia dan
alam semesta. Hanya dalam filsafat Islam obyek-obyek kajian tersebut telah
diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami.
C. SEJARAH DAN
PERKEMBANGAN FILSAFAT ISLAM
Sejarah
lahirnya filsafat Islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah munculnya filsafat.
Filsafat masuk ke dunia Islam dibawa oleh ahli-ahli pikir Islam yang belajar di
Suria, Messopotamia, Persia dan Mesir. Kebudayaan dan
filsafat Yunani-lah yang dipelajari oleh mereka. Sedangkan seseorang yang
membawa kebudayaan dan filsafat Yunani ke wilayah-wilayah tersebut tidak lain
adalah Alexander Yang Agung, raja Macedonia
( 336-323 SM ) yang datang ke dunia timur
pada abad ke 4 SM.[15]
Pusat-pusat
kebudayaan Yunani yang ada di Asia dan Afrika itu menjadi terkenal setelah mengambil
nama dari pembawanya seperti Alexandria yang
ada di Mesir. Di kota Alexandria ini terdapat kekayaan yang luar
biasa yaitu kebudayaan ilmu pengetahuan dengan perpustakaannya yang penuh
dengan buku-buku ilmiah. Direktur perpustakaan ini pada abad ke-3 SM adalah Earostothenes, seorang ahli ilmu bumi, astronomi,
sejarah, falsafat dan matematika dan masih banyak lagi. Ahli-ahli ilmu
pengetahuan di kota
Alexandria ini
termasuk diantaranya seorang wanita yang bernama Hypatia, seorang ahli matematika dan astronomi. Dalam sejarah,
Hypatia kemudian mati dibakar orang tidak lama setelah dibakarnya perpustakaan Alexandria dan segenap
isinya berupa buku-buku ilmiah sebanyak kurang lebih setengah juta buah.[16]
Sedangkan pusat-pusat kebudayaan Yunani yang ada di Asia melahirkan kota-kota
diantaranya Antiokia di Suria, Jundisyapur di Messopotamia dan Bactra Persia.
Di pusat-pusat kebudayaan Yunani inilah lahir dorongan pertama untuk kegiatan
penelitian dan penerjemahan karya-karya kefilsafatan dan ilmu pengetahuan
Yunani kuno yang kelak kemudian didukung oleh dan disponsori oleh para penguasa
Islam.
Ahli-ahli
pikir Islam yang pernah belajar dari pusat-pusat kebudayaan Yunani tersebut
diantaranya adalah : al-Harits bin Kaldah
ast-Ttsaqafi, seorang sahabat Nabi Saw yang mempelajari ilmu kedokteran
di Jundisyapur dan dikenal sebagai
seorang dokter arab.[17]
Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah dan Ja’far al-Shadiq juga sempat mendalami ilmu
kimia[18]
Bahkan Marwan bin Hakam, salah seorang Khalifah Bani Umayyah
yang ke 4 (
683 – 685 M ) pernah memerintahkan agar buku kedokteran karya Harun, seorang
dokter dari Alexandria, Mesir agar diterjemahkan dari bahasa suryani ke bahasa
arab.[19]
Jadi,
jelaslah kita tidak dapat megingkari bahwa pemikiran filsafat Islam banyak
dipengaruhi oleh filsafat Yunani yang berkembang di kota-kota yang ditaklukkan
Alexander. Akan tetapi perlu diketahui bahwa pada masa-masa awal perkembangan filsafat, ilmu pengetahuan dan cabang-cabangnya masih merupakan bagian dari filsafat itu
sendiri. Berbagai macam ilmu seperti fisika, astronomi, ilmu bumi, matematika,
sejarah, kedokteran dan lain-lain adalah filsafat juga sehingga disebutlah
filsafat fisika, filsafat astronomi, filsafat geografi, filsafat matematika,
filsafat sejarah, filsafat kedokteran. Tetapi belakangan ilmu memisahkan diri
dari filsafat. Tidak terdengar lagi orang menyebut filsafat fisika, filsafat
matematika dan lain-lain. Paradigma ini berubah menjadi ilmu fisika, ilmu
matematika, ilmu sejarah dan lain-lain. Pemisahan ilmu dari filsafat ini dapat
dicermati dari Will Durant. Ia menyatakan bahwa filsafat dapat diibaratkan seperti
pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan
infanteri yang dimaksud adalah ilmu.[20]
Filosof
Yunani yang menjadi Guru Pertama bagi
filosof-filosof muslim dan tentunya bagi perkembangan pemikiran filsafat Islam
adalah Aristoteles. Meskipun pemikiran Aristoteles yang banyak dipelajarari
oleh dunia Islam tetapi yang sampai ke orang-orang muslim sudah tidak orisinil lagi melainkan
sudah mengalami tafsiran-tafsiran dari orang lain terhadap ajaran Aristoteles.
Menurut F.E. Peters, paham Kristen-lah yang telah mencuci bersih tendensi eksistensial filsafat Yunani
tersebut.[21] Oleh
karenanya pemikiran Aristoteles yang berpengaruh bagi filsafat Islam lebih
tepat disebut Aristotelianisme.
Ajaran
Plotinus ( 205-270 M ) tentang Enneades, yaitu ajaran filsafat yang
menjelaskan tentang terjadinya pelimpahan dari Yang Satu ( supreme in material
force ) sangat berpengaruh bagi filosof muslim terutama bagi al-Farabi. Tetapi
Plotinus yang note bene adalah filosof
yang memperoleh pendidikan di Alexandria
( Iskandariyah ), Mesir, pemikiran
filsafatnya sebenarnya banyak diilhami oleh Plato ( 427-347 SM ).
Pemikiran filsafat yang merupakan
sintesa ajaran Plotinus dan Plato ini melahirkan filsafat Neoplatonisme. Terlepas dari persamaan dan perbedaan ketiga
pemikiran filsafat tersebut, yang pasti ketiganya mempengaruhi pemikiran
filsafat Islam.[22]
Sejak
awal munculnya filsafat ke dunia Islam sudah banyak Ulama yang menentangnya. Ditentangnya
filsafat dikarenakan ia dapat melemahkan iman dan membahayakan aqidah. Orang
yang yang berfilsafat dikatakan telah
buta hatinya dari kebaikan-kebaikan. Dan siapa yang mempelajarinya berarti ia
berteman pada kehinaan dan terbujuk oleh syetan. Mantiq adalah keburukan dan
Islam tidak memerlukan mantiq sama sekali.[23]
Demikianlah
ungkapan seorang Ulama Ahlus Sunnah yang bernama Ibnu as-Shalah yang dikutip
oleh Ahmad Hanafi, MA. Jauh sebelum Ibnu as-Shalah, beberapa Ulama seperti Ibnu
Hazm, al-Ghazali, Ibnu Taimiyah dan Ibn al-Qayyim juga menyerang filsafat. Penyerangan
terhadap filsafat yang akhirnya sangat mempengaruhi perkembangan filsafat di
dunia Islam adalah hujatan Imam
al-Ghazali. Al-Ghazali menentang filsafat dalam tiga hal :
1.
Pengingkaran kebangkitan jasmani
2.
Membataskan ilmu-ilmu Tuhan kepada
hal-hal yang besar saja
3.
Kepercayaan kepada qadimnya alam
dan keazaliannya [24]
Hujatan
al-Ghazali terhadap filsafat tersebut bahkan sampai menuduh para filosof kafir,
kemudian mendorong Ibnu Rusyd untuk memberikan sanggahan terhadap al-Ghazali.
Jika al-Ghazali menulis kitabnya dengan Tahafut
al-Falasifah ( kerancuan filsafat
) maka Ibnu Rusyd menulis kitabnya untuk mempertahankan filsafat dengan Tahafut al-Tahafut ( kerancuan dalam kerancuan ). Kitab Ibnu Rusyd
tersebut dimaksudkan bahwa al-Ghazali-lah sebenarnya yang kacau dalam
berpikirnya. Tetapi apakah benar
al-Ghazali yang telah menyebabkan kajian filsafat menjadi stagnan ( mandeg ) didunia muslim
khususnya Indonesia
? Berbagai kajian dan analisa telah dilakukan oleh para ahli pikir Islam. Oliver Leaman misalnya
berpendapat bahwa penyebab kurang
diterimanya filsafat di kalangan masyarakat Islam Indonesia adalah bukan karena
al-Ghazali melainkan karena sebab-sebab lain yang belum jelas.[25]
Pernyataan Oliver Leaman di atas bisa
dipahami karena serangan al-Ghazali terhadap filsafat sebenarnya ditujukan
kepada Ibnu Sina dan filosof lain yang mengkaji secara filosofis wilayah kajian
agama khususnya metafisika. Dengan demikian bagian-bagian kajian filsafat
lainnya seperti logika, matematika dan natural science sebenarnya tidaklah
dibantah oleh al-Ghazali.
C. Pendekatan/Metodologi dalam Kajian Filsafat
Dari
berbagai disiplin keilmuan Islam tradisional seperti fiqh, kalam, tasawuf dan
filsafat, maka filsafat-lah yang sering disalahpahami oleh sebagian besar umat
Islam karena memang filsafat sering kontroversial. Tetapi jika kita benar-benar
mendalami pengertian dan makna filsafat dan melakukan studi dengan berbagai
pendekatan/metodologi kemungkinan kesalahpahaman yang ditujukan pada filsafat
akan bisa diminimalisir.
Abuddin
Nata menjelaskan bahwa para ahli pikir Islam ketika melakukan studi terhadap
filsafat dan filsafat Islam mereka mempelajarinya dengan berbagai
pendekatan diantaranya :
1. Pendekatan
historis
Dalam
pendekaan ini para ahli mempelajari filsafat dan filsafat Islam dari sudut sejarah
munculnya atau latarbelakang timbulnya pemikiran filsafat dalam Islam. Otto
Horrasowitz dalam bukunya : History
of Muslim Philosophy yang disunting
oleh M.M.Syarif dengan judul Para Filosof
Muslim, termasuk pada model pendekatan ini. Ahmad Fuad al-Ahwani dalam
bukunya Al-Falsafatul Islamiyah juga dapat digolongkan pada seorang ahli yang
melalukan studi filsafat dengan pendekatan historis ini.
2. Pendekatan
Tokoh
Penulis
dan peneliti filsafat mengemukakan tokoh-tokoh filsafat dan filsafat Islam yang
mereka temukan di berbagai literatur. Melalui pendekatan studi tokoh ini pula
para ahli mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat sesuai dengan tokoh
yang mengemukakannya. Yang tergolong dalam pendekatan tokoh ini adalah M. Amin Abdullah dalam bukunya berjudul : The Idea of
Universalitiy Ethical Norm in ghazali and Kant.
3. Pendekatan
Kawasan
Dalam
pendekatan studi kawasan ini para ahli pikir mengklasifikasi para filosof dan filosof
muslim berdasarkan tempat tinggal mereka dan atau pengaruh pemikirannya yang
dominan. Ahmad Fuad al-Ahwani dalam bukunya Al-Falsafatul
Islamiyah termasuk cendikiawan yang melakukan studi kawasan ini.
4. Pendekatan
Substansial
Melalui
pendekatan substansial ini para ahli mengemukakan berbagai pemikiran filsafat
yang dihasilkan dari berbagai filosof.
Deskripsi terhadap pemikiran mereka
masih berbentuk penelitian kepustakaan. Madjid Fakhry dalam bukunya A History of Islamic Philosophy lebih
banyak melakukan pendekatan studi substansial ini.[26]
Metodologi studi filsafat dan filsafat Islam
ini pada umumnya yang dilakukan oleh para ahli adalah dengan metode deskriptif
analitis yakni mendeskripsikan
( menggambarkan, menguraikan ) pemikiran
filsafat dan filsafat Islam dari berbagai tokoh ( filosof ) menurut apa adanya
dan sesekali penulis atau peneliti memberikan komentar terhadap
pemikiran-pemikiran filsafat mereka.
D. Tokoh-Tokoh
Penting dan Karya-Karyanya
Diantara
tokoh-tokoh penting dalam filsafat Islam adalah sebagai berikut :
1. al-Kindi ( 801-866 M )
Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’kub bin Ishak bin Sabah
bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin al-Asy’ats bin Qais al-Kindi.[27] Al-Kindi-lah
yang biasa disebut Failasuf al-Arab (
Filisof orang Arab ). Hal ini disebabkan karena diantara para filosof muslim,
beliaulah satu-satunya keturuinan arab. Karya-karya al-Kindi menurut catatan
sebanyak 270 buah berupa risalah-risalah pendek dan banyak diantaranya sudah
tidak ditemukan lagi. Akan tetapi masih ada ditemukan kurang lebih 25 buah
risalahnya yang kemudian diterbitkan dalam dua jilid di Kairo dengan judul Rasa’il al-Kindi al-Falsafiyyah. Obyek-obyek
kajiannya mencakup filsafat, logika, psikologi, astronomi, kedokteran, kimia,
matematika, politik, optik dan lain-lain.[28]
Kitabnya yang lain adalah al-Magest
dan juga Kimia’ul ithriy.[29]
2.
al-Farabi ( 872-950 M )
Nama lengkapnya adalah Abu Nasr
Muhammad bin Muhamad bin Tarkhan bin
Uzlag
al-Farabi.[30] Dalam
kajian filsafat Islam Al-Farabi dijuluki sebagai Al-Mu’alim al-Tsani ( Guru Kedua ).
Al-Mu’alim al-Awwal ( Guru Pertama ) adalah Aristoteles. Karya-karya al-Farabi
diantaranya :
Ø
Kitab Ara’ Ahl al-Madinah
al-Fadhilah ( tentang pandangan-pandangan penduduk Kota Utama,
Ø
Kitab Ihsan al-Uluum (
tentang perincian pengetahuan ),
Ø
Risalah fi al-‘Aql (
risalah tentang akal ),
Ø
Risalah fi Isbat
al-Mufariqat ( tentang wujud-wujud rohani ),
Ø
Tahsil al-Sa’adah ( tentang
upaya mewujudkan kebahagian ),
Ø
Masa’il Falsafiyyah wa
ajiwibah ‘anha ( tentang masalah-masalah filsafat dan jawabannya
Ø
Al-Ibanah ‘an Gard
Aristutalis ( tentang pemikiran Aristoteles ),
Ø
Kitab at-Taufiq bain
Aflatun wa Aristu au al-Jam ‘bain Ra’yai al-Hakimain ( tentang persesuaian
pendapat Plato dan Aristoteles ). Melalui karya-karya tulisnya tersebut
al-Farabi terlihat sebagai seorang yang teguh dalam memegang agamanya. Ia
adalah penerus Plato dalam bidang etika dan politik, penerus Aristoteles dalam
bidang logika dan fisika dan sebagai pengikut Plotinus dalam bidang metasfisika.[31]
3.
Ibnu Sina ( 980-1036 M )
Nama lengkapnya adalah
Abu Ali al-Husain bin Abdullah Ibnu Sina.[32]
Di Eropa ia dikenal dengan nama Avecienna.
Karya tulis Ibnu Sina cukup banyak. Jumlahnya tidak kurang dari 276 buah dalam
bentuk buku atau risalah dan dalam bentuk karangan ilmiah biasa ( prosa ) atau
dalam bentuk puisi. Beberapa karyanya adalah :
Ø
Kitab Asy-Syifa’ yang
berdiri dari 18 jilid. Kitab ini merupakan ensiklopedi besar tentang fisika,
matematika, logika dan metafisika,
Ø
Kitab An-Najah. Kitab ini
merupakan ringkasan dari kitab Asy-Syifa’ dan pernah diterbitkan bersama dengan
kitab al-Qanun dalam ilmu kedokteran pada tahun 1593 di Roma dan tahun 1331 H
di Mesir,
Ø
Kitab Al-Isyarah wa
at-Tanbihat, terdiri dari tiga jilid yang membicarakan tentang logika, fisika,
dan metafisika. Kitab ini pernah diterbitkan di Leiden, Belanda pada tahun 1892 sebagiannya
diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis. Kemudian diterbitkan lagi di Kairo pada
tahun 1947.
Ø
Kitab al-Hikmat
al-Masyriqiyyah. Sebagian ahli mengatakan bahwa buku ini berisi tentang tasawuf
tetapi ada juga yang mengatakan bahsa buku ini sebenarnya merupakan kitab
tentang filsafat timur yang membicarakan tentang logika.
Ø
Al-Qanun fi at-Tibb. Orang
barat menyebutnya Canon of Medicine. Kitab ini pernah diterbitkan di Roma pada
tahun 1593 M dan di India pada tahun 1323 H. Ensiklopedi kedokteran pernah
diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan menjadi buku standart di
Universitas-Universitas di Eropah sampai abad ke-17 M
Ø
Dan masih banyak lagi
karangannya yang berupa risalah. [33]
4.
al-Ghazali ( 1058-1111 M)
Seperti
dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa penolakan sebagian Ulama tentang
falsafat telah dimulai sejak awal kontaknya dengan Hellenisme. Serangan
terhadap falsafat itu mencapai puncaknya pada masa al-Ghazali ini. Nama
lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad at-Tusi al-Ghazali.[34]
Karya-karya al-Ghazali diantaranya :
Ø
Maqasid al-Falasifah (
tujuan para ahli falsafat )
Ø
Al-Munqidz min al-Dhalal (
penyelamatan dan kesesatan )
Ø
Mizan al-Amal ( timbangan
amal )
Ø
Al-Madhnun ‘ala ghairi
Ahlihi
Ø
Tahafut al-Falasifah (
kekacauan falsafat )
Ø
Ihya’ Ulum ad-Din (
Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama )
Ø
Mi’raj as-Salikin (
perjalanan seorang salik )
Ø
Misykat al-Anwar .[35]
5.
Ibnu Rusyd ( 1126-1198 M )
Nama
lengkapnya adalah Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibnu Rusyd. [36]
Karya-karya Ibnu Rusyd antara lain :
Ø
Tahafut al-Tahafut (
Kerancuan dalam kerancuan ),
Ø
Fashl al-Maqal fi ma Bayna
al-Hikmah wa al-Syari’ah min al-Ittishal ( Penjelasan Mengenai
Hubungan antara Filsafat dan Agama ),
Ø
Al-Kasyf ‘an Manahij al-Adillah fi Aqaid al-Milah (
Menyingkap Metode-Metode Demonstratif Yang Berhubungan dengan Keyakinan Pemeluk
Agama ),
Ø
Bidayah al-Mujtahid wa
Nihayah al-Muqtashid ( Tingkat Awal bagi Seorang Mujtahid dan Tingkat Akhir
bagi Kaum Awam ),
Ø
Mukhtashar al-Mustashfa fi
Ushul al-Ghazali ( Ringkasan atas Kitab al-Mustashfa al-Ghazali ),
Ø
Risalah al-Kharaj ( Tentang
Perpajakan ),
Ø
Kitab al-Kulliyah fi
al-Tibb ( Ensiklopedi Kedokteran ),
Ø
Dhaminah li Mas’alah
al-‘Ilm al-Qadim,
Ø
Maqalah fi Ittishal al-Qalb
al-Insan,
Ø
Al-Da’awi,
Ø
Makasib al-Mulk wa
al-Murbin al-Muharramah,
Ø
Durusun fi al-Fiqh.
Ø
Dan masih banyak lagi
kitab-kitabnya berupa ulasan-ulasan terhadap karya-karya Aristoteles dan
filosof-filosof lainnya, masih berupa manuskrip yang tersimpan di perpustakaan
di Eropa[37]
E. Signifikasi
dan Kontribusi Pendekatan/Metodologi Filsafat dalam Studi Islam
Meskipun sebagian besar Ulama Islam
masa klasik menentang filsafat dan mungkin juga Ulama Islam masa kini turut
mengikuti jejak mereka dalam upaya menyingkirkan pemikiran filsafat terutama
pemikiran filsafat dalam Islam atau filsafat Islam tetapi yang jelas filsafat
tidak akan pernah mati. Suka atau tidak suka filsafat akan terus menjadi sebuah
pisau analisa dalam mengkaji berbagai
kenyataan yang ada dan mungkin ada di alam semesta ini.
Berbagai pendekatan dan metodologi
telah dilakukan oleh para ahli pikir Islam dan juga barat dalam mempelajari
filsafat. Sudah tentu tidak ada yang sia-sia dari upaya mereka semaksimal
mungkin yang turut memperkenalkan filsafat dan filsafat Islam terhadap pelajar,
mahasiswa dan generasi muda khususnya di Indonesia. Pemikiran filsafat dan
filsafat Islam selain memiliki signifikansi bagi upaya membangun pemikiran yang
rasional, universal dan mendalam bagi pencintanya didapat pula kenyatanan
seperti diungkapkan oleh Fazlur Rahman bahwa pemikiran filsafat telah
menimbulkan dampak yang demikian besar terhadap pemikiran keagamaan ortodoks
dan menjadi bukti yang sulit dibantah akan pentingnya pemikiran filsafat
ditinjau dari sudut keagamaan.[38]
Pendekatan dan metodologi kajian
filsafat dan filsafat Islam memiliki kontribusi yang besar dalam memperkenalkan dan barangkali
memperdalam studi filsafat itu sendiri dan studi keilmuan Islam pada umumnya.
Kontribusi itu antara lain bahwa pemikiran filsafat dewasa ini sudah mulai
diterima oleh masyarakat khawas
maupun awam Berbagai kajian di bidang keagamaan sudah
dilihat dan ditinjau dari segi pemikiran filosofisnya sehinggga makna substansial, hakikat, inti dan
pesan spiritual dari setiap ajaran agama
baik dalam soal-soal ibadah mahdhah dan
ibadah muammalat dapat ditangkap dan dihayati maknanya dengan jelas yang
pada gilirannya justru dapat menambah keyakinan kepada Allah SWT dengan
keyakinan yang rasional bukan keyakinan taqlid.
Tanpa bantuan filsafat, masyarakat akan cenderung terjebak ke dalam bentuk
ritualistik semata-mata tanpa tahu apa pesan filosofis yang terkandung dalam
ajaran tersebut ( ajaran Islam ).[39]
F. PENUTUP
Dalam melakukan studi filsafat Islam
ini penulis merasakan agak kesulitan. Di samping cakupan kajian filsafat dan
filsafat Islam yang begitu luas, selain itu kajian filsafat juga bagian dari disiplin
keilmuan Islam yang sedikit sekali dipahami dan boleh dikatakan yang paling
banyak disalahpahami oleh berbagai kalangan tak terkecuali para Ulama.
Lebih-lebih jika seseorang itu tidak terbiasa mempelajari sesuatu yang sulit
maka belum sampai pada substansi kajian pemikirannya terkadang sudah pesimis
dengan menolak mempelajarinya.
Istilah filsafat bagi orang awam memang kedengarannya sangat asing mungkin disebabkan
faktor pendidikan mereka yang rendah yang tak pernah dipelajari waktu di
sekolah. Sampai sekarang pun pelajaran filsafat tidak diajarkan sampai di
sekolah menengah sebagai sebuah kurikulum. Namun sesungguhnya yang tidak
diperkenalkan kepada murid-murid tersebut hanyalah istilah filsafat saja. Sedangkan substansi filsafat telah dan tengah mereka
pelajari sampai sekarang ini. Sadar atau tidak sadar seorang murid telah
dilatih berpikir filosofis dalam memaknai ilmu dan agama mereka. Ilmu fisika,
biologi, kimia, matematika, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, bahkan
PPKn pada esensinya adalah filsafat.
Dalam materi pelajaran fiqh murid juga selalu dilatih untuk mencari dan menemukan hikmah seperti hikmah shalat, hikmah puasa, hikmah zakat, hikmah haji dan lain.
Menurut penulis materi tersebut adalah juga materi filsafat. Bahkan seperti
dikatakan oleh Fazlur Rahman, agama tidak lain adalah filsafat bagi masyarakat
awam. Sekali agama itu diterima maka ia menjadi filsafat bagi masyarakat awam (
philosophy of the masses) dengan fungsi utamanaya mendidik dan mensucikan
akhlak mereka.[40]
[4] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam , Cet. 4 ( Jakarta : Bumi Aksara, 1994 ),
h. 1
[5] Al-Qur’an Surah al-Baqarah/2 : 269.
[6]
Mustafa Abdurraziq, Tamhid li Tarikhil
Falsafatil Islamiyah ( Kairo : Darul
Fikry Araby, 1948 ), h.
[7]
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam
( Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997 ), jilid I, h. 2.
[8] Purwanto, dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991 ),
Cet.II, h. 1.
[10] Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Cet. 2, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1967 ), jilid
I, h. 15.
[11] Abu
Ahmadi, dkk, Filsafat Islam (
Semarang : Toha Putra, 1988 ), h. 30
[12]
Ahmad Fuad Al-Ahwani, Al-Falsafatul
Islamiyah ( Kairo : Daar al-Qalam, tp.tt ), h. 5.
[13]
Ibrahim Madkour, Fi al-Falsafah
al-Islamiyah, ( Kairo : Isa al-Halaby, 1947 ), h. 5.
[14]
Husein, Ibid, h. 63.
[15] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya ( Jakarta : UI-Press, 1985 ),
jilij I, h. 46.
[16] Nurcholish Madjid, Islam Doktrin Dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Keindonesiaan,
Cet. I ( Jakarta : Paramadina, 1992 ), h. xxix – xxx.
[17] al-Ahwani,
Ibid, h. 35.
[18] Madjid,
Ibid, h. 223.
[19] C.A. Qadir, Philosophy and Science in the Islamic World ( London : Croom Helm,
1988 ), h.34.
[20]
Will Durant, The Story of Philosophy (
New York : Simon & Schuster, 1993 ), h. 1-4.
[21] F.E. Peters, Aristotle and the Arabs (
New York : New York University Press, 1986 ), h. xx – xxxi.
[22] Ian Richard Netton, A Popular Dictionary of Islam ( USA : First Published by Curzon
Press, 1997 ), h. 78 – 79.
[23]
Hanafi, Ibid, h. 20.
[24]
A-Ghazali, Tahafut al-Falasifah, (
Mesir : Daar al-Ma’arif, tp.tt ), h. 205-206.
[25] Oliver Leamen, An Introduction to Medieval Islamic Philosophy, ( New York :
Cambridge University Press, 1985 ), h. 270.
[26] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jakarta
: PT.RajaGrafindo Persada, 2004 ), Cet. 9,h. 257-263.
[27] Departemen Agama R.I, Ensiklopedi Islam, ( Jakarta
: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), jilid III, h. 69.
[28] Taufik Abdullah, dkk ( Ed.), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam ( Jakarta : PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2002 ), jilid IV, h. 179.
[29] Al-Ahwani, Ibid, h. 66-71.
[30] Nasution,
Ibid, jilid II, h. 48.
[31] Abdullah, Ibid, h. 186.
[32] Ahwani, Ibid,
h. 79.
[33] Abdullah,
Ibid, h. 197-198. Lihat juga Ahmadi,
Ibid, h. 177-178
[35] Hanafi,
Ibid, h. 136-137.
[36] Ensiklopedi Islam, Ibid, jilid II, h. 165.
[38]
Fazlur Rahman, Islam and Modernity,
Transformation of an Intellectual Tradition, ( Chicago : The University of
Chicago Press, 1984 ), h. 149.
[39] Nata, Metodologi … Ibid, h. 265.
.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Abdullah, Taufik
dkk ( Ed.), Ensiklopedi Tematis Dunia
Islam , jilid IV., Jakarta
: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002
Abdurraziq, Mustafa .Tamhid li Tarikhil Falsafatil Islamiyah, Kairo : Darul Fikry
Araby, 1948
Ahmadi, Abu dkk, Filsafat Islam,Semarang : Toha Putra, 1988
Al-Ahwani, Ahmad Fuad ,Al-Falsafatul Islamiyah, Kairo : Daar
al-Qalam, tp.tt
Arifin, Muzayyin., Filsafat Pendidikan Islam , Cet. 4,Jakarta : Bumi Aksara,
1994
Departemen Agama R.I, Ensiklopedi Islam, jilid III , Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001
Durant, Will, The Story of Philosophy, New York : Simon & Schuster,
1993
Gazalba, Sidi ,Sistematika Filsafat, jilid I , Cet. 2, Jakarta : Bulan Bintang,
1967
Al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah, Mesir : Daar
al-Ma’arif, tp.tt
Hanafi, Ahmad MA, Pengantar
Filsafat Islam, Jakarta
: Bulan Bintang, 1996
Husin, Oemar Amin, Filsafat Islam, Jakarta
: Bulan Bintang, 1975
Iqbal, Muhammad, Ibnu Rusyd
& Averroisme, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2004
Leamen, Oliver, An Introduction to Medieval Islamic
Philosophy, New
York : Cambridge
University Press,
1985.
Madkour, Ibrahim, Fi al-Falsafah al-Islamiyah, Kairo :
Isa al-Halaby, 1947
Madjid, Nurcholish, Islam Doktrin Dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah
Keimanan, Kemanusiaan dan Keindonesiaan, Cet. I, Jakarta : Paramadina, 1992
Nasution, Harun ,Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya ,jilid
I, Jakarta : UI-Press,
1985
Nata, Abuddin ,Filsafat Pendidikan Islam, jilid I , Jakarta : Logos Wacana
Ilmu, 1997
________, Metodologi Studi Islam, Cet. 9, Jakarta : PT.RajaGrafindo
Persada, 2004
Netton, Ian Richard, A Popular Dictionary of Islam, USA : First Published by Curzon Press, 1997
Purwanto, dkk, Seluk
Beluk Filsafat Islam ,Cet.II , Bandung
: Remaja Rosdakarya, 1991
Peters, F.E. ,Aristotle and the
Arabs, New York : New York University
Press, 1986
Qadir, C.A,. Philosophy and
Science in the Islamic World ,London
: Croom Helm, 1988
Rahman, Fazlur, Islam,Chicago : The University of Chicago
Press, 1979
_________, Rahman,
Fazlur Islam and Modernity, Transformation of an Intellectual Tradition, Chicago : The University of Chicago Press, 1984
Suriasumantri, Jujun
S. Filsafat
Ilmu, Jakarta
: Pustaka Sinar Harapan, 1993
Zaidan, Jurji, Tarikh
Tamaddan al-Islamy, jilid III , Kairo : Darul Hilal, 1957
Tidak ada komentar:
Posting Komentar