Sedikitnya ada 8 fungsi guru dalam
pembelajaran yaitu: guru sebagai sumber belajar, fasilitator, manajer,
demonstrator, administrator, motivator, organisator dan evaluator.
Guru profesional adalah guru yang terampil untuk
mengorganisir sumber-sumber belajar.
Sebagian guru terkadang merasa kesal dikarenakan madrasah tidak menyiapkan
berbagai fasilitas pembelajaran yang dibutuhkannya. Guru professional tidak
akan tinggal diam meskipun tidak tersedia fasilitas di madrasah. Ia akan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di madrasah apa adanya sesuai dengan
kebutuhan. Ia juga akan mendesain
sumber-sumber belajar secara mandiri. Guru tersebut paham benar bahwa
sumber-sumber belajar dari segi penggunaannya dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
1)
Sumber
belajar yang direncanakan (by design), yaitu sumber belajar yang secara
khusus telah dikembangkan sebagai “komponen sistem instruksional” untuk
memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal;
2)
Sumber
belajar karena dimanfaatkan (by utilization), yaitu sumber-sumber yang
tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat
ditemukan, diaplikasi, dan digunakan untuk keperluan belajar. (AECT, The
Defenition of Educational Terminology, 1977: 5).
Secara umum, sumber-sumber belajar itu
meliputi: pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar. Dengan demikian sangat kelirulah konsep
maupun penerapan pembelajaran terhadap siswa yang menyandarkan sumber belajar
semata-mata pada guru. Sesungguhnya guru hanyalah salah satu saja dari sumber
belajar pada masa sekarang ini.
Assosiasi
Komunikasi dan Teknologi Pendidikan (AECT)
selanjutnya memerinci
sumber-sumber belajar tersebut secara lebih detail sebagai berikut:
1)
Pesan:
informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain; dapat berbentuk ide, fakta,
makna dan data. Contoh: materi bidang studi sejarah yunani, misalnya, hukum
ohm, hasil-hasil bumi, sistem perlemen pemerintahan, perubahan kata kerja “to
be”,
2)
Orang:
orang yang bertindak sebagai penyimpan dan/atau menyalurkan pesan. Contoh:
guru, siswa, pelaku, pembicara,
3)
Bahan: Barang-barang (lazim disebut media atau
perangkat lunak “software”) yang biasanya berisikan pesan untuk disampaikan
dengan menggunakan peralatan; kadang-kadang bahan itu sendiri sudah merupakan
bentuk penyajian. Contoh: transparansi, slide, film strip, film 16 mm, film 8
mm, video tape, piringan hitam, tape audio, bahan pengajaran terprogram,
program pengajaran dengan menggunakan komputer, buku jurnal,
4)
Peralatan:
barang-barang (lazim disebut perangkat
keras “hardware”) digunakan untuk menyampaikan pesan yang terdapat proyektor 16
mm, proyektor 8 mm, perekam tape video, perekam audio, pesawat televisi, mesin
(konsul) penyimpan informasi, mesin belajar mesin tulis dilengkapi suara, mesin
komputer,
5)
Teknik:
prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan bahan, alat, tata
tempat dan orang untuk menyampaikan pesan. Contoh: komputer alat bantu
pengajaran, pengajaran terprogram, simulasi, permaianan, studi eksplorasi,
metode bertanya, studi lapangan, pengajaran dalam bentuk tim, pengajaran
individual, belajar mengajar mandiri, pengajaran kelompok, ceramah, diskusi,
6)
Latar
(lingkungan): lingkungan dimana pesan diterima oleh pelajar. Contoh lingkungan
fisik: gedung sekolah, pusat penyimpanan paket instruksional, perpustakaan,
studio, ruang kelas, auditorium; lingkungan nonfisik: penerangan, sirkulasi
udara, akustik, pendinginan, pemanasan. (AECT, The Defenition of Educational
Terminology, 1977: 5-6).
Karenanya, fungsi guru sebagai sumber belajar adalah guru dapat
menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang efektif. Efektifitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada dasarnya karena guru mampu
memanfaatkan sumber-sumber belajar di atas secara profesional dan proporsional.
Terutama dari segi pendekatan pembelajaran, teknologi pembelajaran yang
disarankan saat ini adalah student centered (berpusat pada siswa).
Rumusan pembelajaran student centered ini adalah “Apa yang bisa
dilakukan oleh guru, siswalah yang melakukan dan apa yang bisa dikatakan oleh
guru, siswalah yang mengatakannya”. Rumusan itu sesungguhnya adalah
sebagai jawaban atas pertanyaan, ”Siapa yang lebih banyak berkata dan
berbuat dalam pembelajaran, gurukah atau
siswa?”
Jangan sampai kita terjebak oleh metode pembelajaran guru zaman
dahulu bahwa guru yang hebat adalah guru yang mampu menjelaskan materi
pelajaran dan menuliskannya secara penuh di papan tulis bahkan sampai 3x
dihapus selama 2 jam pelajaran itu.
Jadilah guru yang dapat memberikan pemahaman terhadap siswa yang
dapat mengubah pengetahuannya, keterampilannya dan akhlaknya selama
1,2 atau 3 jam mata pelajaran itu. Itulah yang disebut belajar yang
efektif.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar