Pada tulisan sebelumnya saya telah mengemukakan bahwa keilmuan mesti dibuktikan dengan: Orasi ilmiah, tes lisan/tulisan, menulis karya ilmiah dan munazarah (debat ilmiah).
Pembuktian kelima atau terakhir adalah kinerja yang ditunjukkan selama ia memimpin (track record). Kinerja diartikan sesuatu yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan; kemampuan kerja (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 570). Dengan kata lain kinerja dimaknai dengan prestasi kerja. Henri Simamora menjelaskan bahwa prestasi kerja (performance) adalah suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun kualitasnya (1997: 423). Malayu SP. Hasibuan mengemukakan prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (2001: 94).
Dengan demikian, kinerja adalah
bukti konkrit keberhasilan seseorang dalam memimpin atau track record
(rekam jejak) di masa lalu. Meskipun
demikian, kita tidak berpretensi untuk
menelusuri rekam jejak kepribadian atau bahkan garis keturunan tetapi lebih ke prestasi
kerja. Kinerja tidaklah identik dengan penghargaan atau award dari
lembaga-lembaga tertentu karena sebagaimana kita tahu hasil survey tenyata
tidak dapat menelusuri secara keseluruhan kinerja seseorang. Sudarman Danim mengemukakan bahwa kinerja
cenderung dipersepsi sebagai tampilan riil seorang pemimpin di dunia kerja yang berbasis pada kompetensi dasar (2012:
69). Jadi, kinerja berkaitan erat dengan kompetensi. Kompetensi merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya.
Kinerja hanya dapat
dibuktikan melalui observasi, wawancara secara langsung bahkan testimoni
dari orang-orang yang pernah dipimpinnya
setidak-tidaknya minimal berbentuk portofolio. Siapa pun calon pemimpin untuk menjadi pemimpin haruslah ia pernah memimpin.
Bukan dalam arti memimpin diri sendiri tetapi memimpin organisasi formal.
Pengalaman memimpin sangat urgen untuk dijadikan syarat calon pemimpin tetapi
sekali lagi ditegaskan bahwa
pengalamannya memimpin mestilah pengalaman yang berprestasi.
Raja Bambang Sutikno
merumuskan bahwa kinerja adalah hasil perkalian
atau sinergi antara ability kerja
dan motivasi. Abiliti merupakan hasil perkalian antara pengetahuan dan
keterampilan sedangkan motivasi merupakan hasil perkalian antara karakter dan
lingkungan (2005: 3). Mengacu pendapat Raja Bambang Sutikno tersebut, jadi kinerja
merupakan akumulasi dari ilmu, skill, karakter dan lingkungan. Kinerja
seseorang diukur dari kompetensinya dalam menduduki suatu jabatan tertentu sehingga
kitapun sering mengatakan si A itu kompeten dalam memimpin. Sampai di sini,
kita pun dapat membedakan antara makna
kerja dan kinerja. Kerja belum tentu menunjukkan prestasi sedangkan kinerja
adalah prestasi kerja sehingga kelirulah jika orang hanya punya motto:
"kerja, kerja, kerja".
Pemimpin adalah orang
yang memiliki prinsip kinerja. Meskipun seseorang itu tidak tergolong pemimpin
formal jika prinsip dalam kerjanya adalah prestasi maka boleh dikatakan ia
berkarakter pemimpin dan calon pemimpin seperti itulah yang pantas diunggulkan.
Dalam konsep Islam,
kinerja dipadankan dengan term أَحْسَنُ عَمَلًا(amal yang
terbaik) sebagaimana dijelaskan dalam Q.s. al-Mulk/67: 2 sebagai berikut:
الَّذِي
خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
"Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Meskipun makna amal
biasa diterjemahkan dengan kerja, perbuatan, aktivitas tetapi Allah
memerintahkan bekerjalah atau beraktivitaslah yang terbaik. Dalam konsep
ekonomi aktivitas yang terbaik adalah kerja yang produktif, efektif dan efisien.
Produktivitas seorang guru misalnya
adalah hasil pembelajaran terhadap siswa yang dapat menguasai kompetensi yang
diinginkan atau lebih tepatnya perubahan perilaku siswa. Produktivitas seorang
petani adalah hasil pekerjaan yang telah diselesaikan dan dapat menghasilkan
uang dan itu semua tepat waktu dan target tercapai. Lagi-lagi harus saya
tegaskan bahwa produktivitas yang efektif dan efisien hanya bisa diperoleh jika
seseorang itu bekerja dengan ilmu dan skill.
Muhammad Ibn Jarir
at-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa amal yang terbaik adalah amal yang dilandasi dengan ketaatan
kepada Allah Swt. dengan mengharap rida-Nya semata-mata
(Tafsir Thabari, Maktabah Syamilah). Islam adalah agama amal. Meskipun
iman merupakan landasan utama dalam Islam tetapi iman yang tak diamalkan
belumlah seorang itu dikatakan beriman karena iman sebagaimana didefenisikan
adalah sesuatu yang diyakini dalam hati,
diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Muhammad Iqbal
menegaskan bahwa al-Quran adalah kitab yang mengutamakan amal daripada
cita-cita (1951: xxv).
Merujuk tafsir Thabari
di atas, amal yang terbaik atau kinerja itu mesti didasari dengan sikap ikhlas
semata-mata untuk ketaatan kepada Allah Swt dan mengharap rida-Nya. Ini berarti
amal mesti berlandaskan iman. Hanya karena imanlah seseorang dapat ikhlas dalam
melakukan pekerjaan dan rida akan ketetapan-Nya. Allah Swt. menjanjikan kepada
siapa saja yang beramal dengan dilandasi iman akan memperoleh kehidupan yang baik seperti ditegaskan dalam Q.s.
an-Nahl/16: 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan".
Menurut tafsir
Jalalain, maksud "hayatan tayyibah" adalah kehidupan syurga,
sikap qanaah di dunia dan rezeki yang halal ( 2007 : 224). Dengan demikian jika
diintegrasikan maka amal mesti berlandaskan iman, akhlak dan ilmu sekaligus. Dalam pepatah arab juga
ada dijelaskan: " iman tanpa ilmu ditolak sedangkan ilmu tanpa iman merusak. Iman tanpa ilmu
ibarat lampu tanpa cahaya sedangkan ilmu tanpa iman ibarat ada cahaya tanpa sumber cahaya. Amal tanpa ilmu juga ditolak
sedangkan ilmu tanpa amal ibarat pohon tak berbuah".
Sebagai penguatan, ada
sebuah hadis yang menyatakan hubungan
antara amal, ilmu dan skill sebagai
berikut:
إِذَا وُسِدَ
الأَمْرُ إلى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
"Apabila
suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya”
(H.R. Bukhari dari Abu Hurairah).
Hadis di atas
menjelaskan tentang kehancuran suatu negeri apabila menyerahkan suatu urusan
pekerjaan atau amal kepada yang bukan ahlinya. Ahli yang dimaksud adalah orang
yang memiliki kompetensi berupa ilmu, skill dan karakter.
Secara implisit, hadis
tersebut juga menyinggung masalah kepemimpinan di mana seorang pemimpin salah
dalam mengambil keputusan dengan memilih
sosok yang bukan ahli di bidangnya untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Ini
adalah bagian kinerja seorang pemimpin. Pemimpin mesti menempatkan seseorang sesuai dengan
keahliannya (the righ man in the righ place).
Berdasarkan
penjelasan-penjelasan di atas, indikator keberhasilan seorang pemimpin adalah
sebagai berikut:
1.
Pembantu-pembantu
pemimpin adalah orang-orang yang
berkompeten atau ahli di bidangnya,
2.
Meningkatnya
pendidikan (keilmuan) rakyat/bawahan,
3.
Penegakkan
supremasi hukum untuk melindungi rakyat dari kejahatan dan kezaliman,
4.
Meningkatnya semua
bentuk pelayanan untuk memenuhi kebutuhan rakyat/bawahan,
5.
Rakyat (bawahan)
merasa dilindungi, diayomi dan dibimbing,
6.
Sistem demokrasi
benar-benar dijalankan sebagai upaya menjamin kebebasan rakyat/bawahan dalam
berpendapat, pers, beragama dan bebas dari rasa takut,
7.
Rakyat
memperoleh penghidupan atau mata pencaharian yang layak dalam memenuhi
kebutuhan keluarga pendidikan dan
kesehatan,
8.
Meningkatnya
ketaatan beribadah pemeluk-pemeluk agama dan saling toleransi intern dan antar
pemeluk agama,
9.
Meningkatnya
kesejahteraan rakyat/bawahan dengan
indikasi mudahnya mereka dalam memenuhi
kebutuhan pokok: sandang, pangan dan papan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar