Senin, 14 Desember 2015

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni Dalam Islam

A.           Konsep Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
Ilmu Pengetahuan atau lebih popular disebut Ilmu, asalnya dari bahasa arab:  'Alima            (علم ) masdar dari عَـلِمَ – يَـعْـلَمُ yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dengan demikian ilmu tidak sama dengan pengetahuan. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang manusia ketahui sebagai hasil dari proses mencari tahu, sedangkan ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Ilmu sebagai bagian dari pengetahuan memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari pengetahuan, yaitu: logis, sistematis, universal dan empiris. Logis menunjukan bahwa ilmu dapat dijangkau dan diterima oleh nalar manusia. Karena sifatnya dapat teramati oleh indera manusia atau dapat dijangkau oleh alat-alat yang mampu membantu indera manusia dalam menafsirkan gejala alam. Sistematis menunjukkan pada sebuah hal yang runut, memiliki tahapan-tahapan yang jelas dalam memahaminya. Universal, bersifat menyeluruh yang berarti ilmu pengetahuan berlaku secara umum. Sedangkan empiris menunjukan bahwa semua orang dapat mengalami ilmu pengetahuan itu atau dapat mengembangkan ilmu tersebut.
Menurut Ziauddin Sardar, ilmu adalah cara mempelajari alam secara obyektif dan sistematik serta ilmu merupakan suatu aktifitas manusia. Kemudian menurut John Biesanz dan Mavis Biesanz dua sarjana ilmu sosial, mereka mendefinisikan ilmu sebagai suatu cara yang teratur untuk memperoleh pengetahuan dari pada sebagai kumpulan teratur pada pengetahuan Jadi ilmu adalah merupakan suatu metode.
Dari pengertian di atas, ilmu sedikitnya terdiri dari 3 komponen: pengetahuan, aktivitas dan metode. Ilmu tidak mungkin muncul tanpa aktivitas manusia, sedangkan aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu yang relevan dan akhirnya aktivitas dan metode itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
Didalam Al-qur’an , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780 kali , ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari al-Qur’an sangat kental dengan nuansa-nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani sebagai berikut ; Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al-Quran dan Al –Sunnah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan  serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw. dalam Q.s. al-Alaq/96: 1-4 dengan perintah utamanya: Iqra' (bacalah). Menurut Prof.DR.M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa Iqra pada mulanya berarti menghimpun. Makna lain Iqra' adalah: menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, yang kesemua ini sesungguhnya bermuara pada arti menghimpun. Perintah Iqra' mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri serta bacaan tertulis, baik suci maupun tidak.
Dari penjelasan ahli tafsir Alquran di atas, mengindikasikan bahwa  perintah Iqra' sesungguhnya adalah perintah untuk mencari ilmu.  Upaya menelaah, membaca, mengamati, meneliti alam raya, masyarakat dan diri sendiri itu akan menghasilkan ilmu.
Teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan teknologi adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dengan teknologi membuat kehidupan manusia menjadi mudah. Dunia menjadi seperti desa global (global village) yang memungkinkan seseorang dengan seseorang yang lain yang berbeda wilayah dunia, Indonesia dan Amerika misalnya dapat secara intens berkomunikasi tanpa hambatan sebagaimana layaknya komunikasi dengan seorang teman sekampung melalui jaringan telepon selular sekarang ini ataupun dengan jaringan 3G lewat Line ataupun lewat jaringan teleconference. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan, dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Islam tidak mengharamkan teknologi karena teknologi pada hakikatnya merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan merupakan hasil pengamatan manusia terhadap alam material maupun ideal  secara obyektif dan empiris. Alam semesta ini adalah ciptaan  Allah, maka apapun hasil yang diperoleh dari pengamatan terhadap ciptaan Allah dengan cara yang benar, berarti Allah meridhainya. Dalam konsep menemukan ilmu, jika hasil penemuan itu benar sesuai dengan kehendak Allah, maka pahalanya dihitung dua tetapi hasil penemuannya tidak sesuai dengan kehendak Allah, hal itu tidak berdosa tetapi dberi pahala satu.
 Seni dalam bahasa sansekerta disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indak atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk didalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada perbedaan antara seniman dan tukang. Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian ini ternyate tidak hanya terdapat di India dan Indonesia. Juga terdapat di Barat pada masa lampau.
Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; artista adalah anggota yang ada didalam kelompok-kelompok itu. Ars inilah yang kemudian berkembang menjadi I’arte (italia), I’art (Perancis),Elarte (Spanyol), dan Art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinyapun berkembang sedikit demi sedikit kearah pengertiaannya yang sekarang. Tetapi di Eropa ada juga istilah-istilah yang lain, orang Jerman menyebut seni dengan Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari kata lain walaupun dengan pengertian yang sama. Bahasa Jerman juga menyebut dengan istilah die Art yang berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan pada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang di angkat untuk istilah tersebut.

B.       INTEGRASI IMAN, ILMU DAN AMAL
Iman, ilmu dan amal merupakan trilogi  kebangunan Islam. Ini berarti, ketiga fondasi keislaman tesebut pada gilirannya akan menjadikan Islam bangkit kembali dari keterpurukan masa kini yang telah didominasi oleh bangsa barat. Ketiganya mesti dimiliki secara bersamaan (terintergrasi), tidak ada yang satu lebih penting dari yang lainnya, meskipun Iman harus menjadi fondasi utama, tetapi iman saja tidak cukup, mesti dilengkapi dengan ilmu pengetahuan dan disempurnakan dengan amal kebajikan.
Albert Enstein pernah menyimpulkan: Religions without science is blind, Science without religions is lame (Agama tanpa ilmu buta, ilmu tanpa agama lumpuh). Dalam Islam diajarkan: iman tanpa ilmu ditolak sedangkan  ilmu tanpa iman merusak. Iman tanpa ilmu ibarat lampu tanpa cahaya sedangkan ilmu tanpa iman ibarat ada cahaya tanpa adanya sumber cahaya. Amal tanpa ilmu juga ditolak sedangkan ilmu tanpa amal ibarat pohon tak berbuah.
Dalam al-Quran ketiga terminologi di atas tidak ada digunakan secara bersamaan, hanya dua  istilah yang digunakan secara bergantian. Misalnya iman dan amal atau iman dan ilmu. Penggunaan iman dan amal dapat dirujuk dalam Q.s. an-Nahl/16 : 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan"
Pengunaan iman dan ilmu dapat dirujuk dalam Q.s al-Mujadilah/58  : 11:
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan"
            Meskipun hanya dua istilah digunakan secara bergantian, tetapi secara implisit ketiga istilah tersebut sudah mencakup. Pada Q.s an-Nahl/16: 97 meskipun istilah ilmu tidak secara eksplisit tertera tetapi sesungguhnya ia melekat pada kualitas iman karena iman yang benar adalah iman yang dibarengi dengan pemilikan ilmu. Demikian juga pada Q.s al-Mujadilah/56: 11, aktivitas amal tidak secara eksplisit tercantum tetapi integrasi iman dan ilmu  mesti melahirkan amal saleh karena iman dan ilmu baru sebatas kognisi dan afeksi belum sampai pada tataran psikomotorik.
            Kesempurnaan Islam  seseorang digambarkan oleh Allah sebagai kalimat yang baik (kalimah at-thayyibah) dijelaskan dalam Q.s.Ibrahim/14: 24-25

 أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ 

"Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam kebumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu mengeluarkan buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar  mereka ingat”.
            Pada ayat di atas dijelaskan bahwa keislaman yang sempurna adalah dihiasinya diri dengan iman (ibarat akar yang kokoh), ilmu (cabang yang menjulang ke langit) dan amal saleh (berbuah setiap musim).
Dalam filsafat ilmu juga dijelaskan bahwa ilmu tidak bebas nilai tetapi sarat nilai. Pernyataan tersebut bermakna bahwa ilmu pengetahuan yang berujung pada teknologi bukanlah alat yang dapat atau boleh digunakan untuk apa saja sesuai dengan kemauan orang yang menciptanya tetapi ilmu yang diberi landasan iman yang kemudian   digunakan untuk kesejahteraan dan kedamaian umat manusia.

C.       KEUTAMAAN ORANG BERIMAN DAN BERILMU
Orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan adalah orang-orang yang utama yang akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt. Demikianlah  Allah swt. berjanji dalam Q.s. al-Mujadilah/58  : 11:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا  مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: "Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan"
Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran : 18), “Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud : 24), “al-A'limun” (al-A'nkabut : 43), “al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan gelar mulia lain.
Selain itu, di dalam hadis dijelaskan juga bahwa orang-orang berilmu ('alim) lebih utama dari orang-orang yang ahli beribadah ('abid):
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ 
"Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang". (HR.Bukhari & Ibnu Majah)

D.      TANGGUNG JAWAB PARA ILMUWAN TERHADAP ALAM DAN LINGKUNGAN
Orang-orang yang berilmu ('alim/ilmuwan) adalah orang-orang yang dianugerahi Allah kelebihan bahkan keutamaan, oleh karenanya ia mesti menggunakan ilmunya untuk kemaslahan umat selain untuk kemaslahatan pribadi. Dijadikannya manusia sebagai seorang khalifah di muka bumi sebagaimana terdapat dalam Q.s. al-Baqarah/2: 30 bertujuan untuk memberi  kemanfaatan dan kemaslahatan bagi manusia dan alam/lingkungan.
Fenomena yang terjadi  bukanlah demikian, dengan ilmunya, malah manusia membuat kerusakan di muka bumi, sebagaimana disinggung oleh  Allah dalam Q.s. ar-Rum/30: 41
 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".
Adapun yang harus dilakukan oleh seorang ilmuan dalam mengimplementasikan kedudukannya sebagai khalifah di muka bumi antara lain:
1.        Mengeksplorasi atau mengambil manfaat alam untuk kebutuhan dan kesejahteraan manusia.
          Tugas ini dilakukan dengan  memanfaatkan segala ciptaan Allah, seperti tumbuh-tumbuhan yang secara alami dapat tumbuh sendiri ataupun tumbuhan yang sengaja ditanam baik untuk makanan manusia atapun untuk obat-obatan herbal,  segala macam hewan yang ingin diambil dagingnya ataupun juga untuk obat-obatan. Semua itu  untuk kebutuhan dan kesenangan hidup manusia. Selain itu, manusia juga bisa menemukan titik-titik kekayaan alam di bumi ataupun di laut untuk dimanfaatkan untuk  kebutuhan dan kesenangan hidup manusia pula.

2.        Memelihara dan melestarikan alam
          Tugas ini dapat dilakukan dengan membiarkan alam berkembang dan tumbuh secara alamiah, dengan kata lain tidak mengganggu kehidupan tumbuhan lebih-lebih hutan yang sengaja  dijadikan sebagai penahan erosi (hutan lindung) yang berguna pula untuk kehidupan binatang.
Selain itu, seorang ilmuan sebagai bentuk cintanya terhadap alam mesti melakukan rehabilitasi terhadap alam lingkungan yang sudah rusak dengan menanam kembali pohon-pohonan di tempat-tempat tersebut.
3.        Mengelola alam
           Mengelola alam dapat dilakukan dengan cara mengembangkan teknlogi ramah lingkungan, teknologi daur ulang, dan harus bisa memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak untuk kesejahteraan  dan kemajuan  bangsa.
4.        Mengawasi kelestarian alam dari kezaliman orang-orang yang tak bertanggungjawab
             Seorang ilmuwan mesti juga menjadi pengawas terhadap kelestarian lingkungan yang berfungsi menjadi mitra pemerintah dalam menjaga keutuhan alam di bidang penegakan hukum. Pelaku ilegal loging harus secara dini diketahui oleh ilmuwan dengan melaporkan pelaku-pelakunya kepada pihak yang berwajib.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar