A.
Konsep Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Seni
Ilmu Pengetahuan atau
lebih popular disebut Ilmu, asalnya dari bahasa arab: 'Alima (علم ) masdar dari عَـلِمَ – يَـعْـلَمُ yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggeris Ilmu
biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge.
Dengan demikian ilmu tidak sama dengan pengetahuan. Ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu
yang manusia ketahui sebagai hasil dari proses mencari tahu, sedangkan ilmu
merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
di bidang (pengetahuan) itu.
Ilmu sebagai bagian dari pengetahuan
memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari pengetahuan, yaitu: logis,
sistematis, universal dan empiris. Logis menunjukan bahwa ilmu dapat dijangkau
dan diterima oleh nalar manusia. Karena sifatnya dapat teramati oleh indera
manusia atau dapat dijangkau oleh alat-alat yang mampu membantu indera manusia
dalam menafsirkan gejala alam. Sistematis menunjukkan pada sebuah hal yang
runut, memiliki tahapan-tahapan yang jelas dalam memahaminya. Universal,
bersifat menyeluruh yang berarti ilmu pengetahuan berlaku secara umum.
Sedangkan empiris menunjukan bahwa semua orang dapat mengalami ilmu pengetahuan
itu atau dapat mengembangkan ilmu tersebut.
Menurut Ziauddin Sardar, ilmu adalah cara mempelajari alam secara obyektif dan
sistematik serta ilmu merupakan suatu aktifitas manusia. Kemudian menurut John
Biesanz dan Mavis Biesanz dua sarjana ilmu sosial, mereka mendefinisikan ilmu
sebagai suatu cara yang teratur untuk memperoleh pengetahuan dari pada sebagai
kumpulan teratur pada pengetahuan Jadi ilmu adalah merupakan suatu metode.
Dari pengertian di atas, ilmu sedikitnya terdiri dari 3 komponen:
pengetahuan, aktivitas dan metode. Ilmu
tidak mungkin muncul tanpa aktivitas manusia, sedangkan aktivitas itu harus dilaksanakan
dengan metode tertentu yang relevan dan akhirnya aktivitas dan metode itu
mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
Didalam Al-qur’an
, kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780 kali , ini
bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari al-Qur’an sangat kental
dengan nuansa-nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri
penting dari agama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani
sebagai berikut ; Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya
adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al-Quran dan Al –Sunnah
mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan serta menempatkan orang-orang yang
berpengetahuan pada derajat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan turunnya wahyu
pertama kepada Nabi Muhammad Saw. dalam Q.s. al-Alaq/96: 1-4 dengan perintah
utamanya: Iqra' (bacalah). Menurut Prof.DR.M. Quraish Shihab dalam Tafsir
al-Misbah menjelaskan bahwa Iqra pada mulanya berarti menghimpun. Makna
lain Iqra' adalah: menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri-ciri sesuatu, yang kesemua ini sesungguhnya bermuara pada arti
menghimpun. Perintah Iqra' mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan
diri sendiri serta bacaan tertulis, baik suci maupun tidak.
Dari
penjelasan ahli tafsir Alquran di atas, mengindikasikan bahwa perintah Iqra' sesungguhnya adalah perintah
untuk mencari ilmu. Upaya menelaah,
membaca, mengamati, meneliti alam raya, masyarakat dan diri sendiri itu akan menghasilkan
ilmu.
Teknologi
adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan teknologi adalah hasil dari
segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan
iptek. Dengan teknologi membuat kehidupan manusia menjadi mudah. Dunia menjadi
seperti desa global (global village) yang memungkinkan seseorang dengan
seseorang yang lain yang berbeda wilayah dunia, Indonesia dan Amerika misalnya
dapat secara intens berkomunikasi tanpa hambatan sebagaimana layaknya
komunikasi dengan seorang teman sekampung melalui jaringan telepon selular
sekarang ini ataupun dengan jaringan 3G lewat Line ataupun lewat jaringan teleconference. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi,
memakai, serta memelihara segala peralatan, dan perlengkapan. Teknologi muncul
dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara
mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Islam tidak
mengharamkan teknologi karena teknologi pada hakikatnya merupakan penerapan
dari ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan merupakan hasil pengamatan manusia
terhadap alam material maupun ideal
secara obyektif dan empiris. Alam semesta ini adalah ciptaan Allah, maka apapun hasil yang diperoleh dari
pengamatan terhadap ciptaan Allah dengan cara yang benar, berarti Allah
meridhainya. Dalam konsep menemukan ilmu, jika hasil penemuan itu benar sesuai
dengan kehendak Allah, maka pahalanya dihitung dua tetapi hasil penemuannya
tidak sesuai dengan kehendak Allah, hal itu tidak berdosa tetapi dberi pahala
satu.
Seni dalam bahasa sansekerta disebut cilpa.
Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti
dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indak atau dihiasi dengan indah. Sebagai
kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam
kekriaan yang artistik. Cilpacastra adalah buku atau pedoman bagi para cilpin,
yaitu tukang, termasuk didalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang
dahulu belum ada perbedaan antara seniman dan tukang. Pemahaman seni adalah
yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah ekspresi keindahan
masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian ini ternyate tidak hanya
terdapat di India dan Indonesia. Juga terdapat di Barat pada masa lampau.
Dalam bahasa Latin pada abad
pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan artista.
Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam
mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang memiliki
ketangkasan atau kemahiran; artista adalah anggota yang ada didalam
kelompok-kelompok itu. Ars inilah yang kemudian berkembang menjadi I’arte (italia),
I’art (Perancis),Elarte (Spanyol), dan Art (Inggris), dan bersamaan dengan itu
isinyapun berkembang sedikit demi sedikit kearah pengertiaannya yang sekarang.
Tetapi di Eropa ada juga istilah-istilah yang lain, orang Jerman menyebut seni
dengan Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari kata lain
walaupun dengan pengertian yang sama. Bahasa Jerman juga menyebut dengan
istilah die Art yang berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat
dikembalikan pada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die
Kunst-lah yang di angkat untuk istilah tersebut.
B. INTEGRASI IMAN, ILMU DAN AMAL
Iman, ilmu
dan amal merupakan trilogi kebangunan
Islam. Ini berarti, ketiga fondasi keislaman tesebut pada gilirannya akan
menjadikan Islam bangkit kembali dari keterpurukan masa kini yang telah
didominasi oleh bangsa barat. Ketiganya mesti dimiliki secara bersamaan
(terintergrasi), tidak ada yang satu lebih penting dari yang lainnya, meskipun
Iman harus menjadi fondasi utama, tetapi iman saja tidak cukup, mesti
dilengkapi dengan ilmu pengetahuan dan disempurnakan dengan amal kebajikan.
Albert
Enstein pernah menyimpulkan: Religions without science is blind, Science
without religions is lame (Agama tanpa ilmu buta, ilmu tanpa agama lumpuh).
Dalam Islam diajarkan: iman tanpa ilmu ditolak sedangkan ilmu tanpa iman merusak. Iman tanpa ilmu
ibarat lampu tanpa cahaya sedangkan ilmu tanpa iman ibarat ada cahaya tanpa
adanya sumber cahaya. Amal tanpa ilmu juga ditolak sedangkan ilmu tanpa amal
ibarat pohon tak berbuah.
Dalam
al-Quran ketiga terminologi di atas tidak ada digunakan secara bersamaan, hanya
dua istilah yang digunakan secara
bergantian. Misalnya iman dan amal atau iman dan ilmu. Penggunaan iman dan amal
dapat dirujuk dalam Q.s. an-Nahl/16 : 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan"
Pengunaan iman dan ilmu dapat
dirujuk dalam Q.s al-Mujadilah/58 : 11:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Hai orang-orang beriman
apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",
maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan"
Meskipun
hanya dua istilah digunakan secara bergantian, tetapi secara implisit ketiga
istilah tersebut sudah mencakup. Pada Q.s an-Nahl/16: 97 meskipun istilah ilmu
tidak secara eksplisit tertera tetapi sesungguhnya ia melekat pada kualitas
iman karena iman yang benar adalah iman yang dibarengi dengan pemilikan ilmu.
Demikian juga pada Q.s al-Mujadilah/56: 11, aktivitas amal tidak secara
eksplisit tercantum tetapi integrasi iman dan ilmu mesti melahirkan amal saleh karena iman dan
ilmu baru sebatas kognisi dan afeksi belum sampai pada tataran psikomotorik.
Kesempurnaan
Islam seseorang digambarkan oleh Allah
sebagai kalimat yang baik (kalimah at-thayyibah) dijelaskan dalam Q.s.Ibrahim/14: 24-25
"Tidaklah
kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
(dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam
kebumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu mengeluarkan buahnya
setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia agar mereka ingat”.
Pada
ayat di atas dijelaskan bahwa keislaman yang sempurna adalah dihiasinya diri
dengan iman (ibarat akar yang kokoh), ilmu (cabang yang menjulang ke langit)
dan amal saleh (berbuah setiap musim).
Dalam
filsafat ilmu juga dijelaskan bahwa ilmu tidak bebas nilai tetapi sarat nilai.
Pernyataan tersebut bermakna bahwa ilmu pengetahuan yang berujung pada
teknologi bukanlah alat yang dapat atau boleh digunakan untuk apa saja sesuai
dengan kemauan orang yang menciptanya tetapi ilmu yang diberi landasan iman
yang kemudian digunakan untuk kesejahteraan dan kedamaian
umat manusia.
C. KEUTAMAAN ORANG BERIMAN DAN BERILMU
Orang-orang
yang beriman dan berilmu pengetahuan adalah orang-orang yang utama yang akan
diangkat derajatnya oleh Allah Swt. Demikianlah
Allah swt. berjanji dalam Q.s. al-Mujadilah/58 : 11:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: "Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan"
Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah
dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia
dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di
sisi Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil
Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran : 18), “Ulul
al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud :
24), “al-A'limun” (al-A'nkabut : 43), “al-Ulama” (Fatir : 28),
“al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan gelar mulia lain.
Selain itu, di dalam hadis
dijelaskan juga bahwa orang-orang berilmu ('alim) lebih utama dari orang-orang
yang ahli beribadah ('abid):
وَإِنَّ فَضْلَ
الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ
الْكَوَاكِبِ
"Kelebihan seorang alim dibanding ahli
ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang".
(HR.Bukhari & Ibnu Majah)
D. TANGGUNG JAWAB PARA ILMUWAN TERHADAP ALAM DAN LINGKUNGAN
Orang-orang yang berilmu ('alim/ilmuwan) adalah orang-orang
yang dianugerahi Allah kelebihan bahkan keutamaan, oleh karenanya ia mesti
menggunakan ilmunya untuk kemaslahan umat selain untuk kemaslahatan pribadi. Dijadikannya
manusia sebagai seorang khalifah di muka bumi sebagaimana terdapat dalam Q.s.
al-Baqarah/2: 30 bertujuan untuk memberi
kemanfaatan dan kemaslahatan bagi manusia dan alam/lingkungan.
Fenomena yang terjadi
bukanlah demikian, dengan ilmunya, malah manusia membuat kerusakan di muka
bumi, sebagaimana disinggung oleh Allah dalam
Q.s. ar-Rum/30: 41
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".
Adapun yang harus dilakukan oleh seorang
ilmuan dalam mengimplementasikan kedudukannya sebagai khalifah di muka bumi
antara lain:
1.
Mengeksplorasi atau mengambil manfaat alam
untuk kebutuhan dan kesejahteraan manusia.
Tugas
ini dilakukan dengan memanfaatkan segala
ciptaan Allah, seperti tumbuh-tumbuhan yang secara alami dapat tumbuh sendiri
ataupun tumbuhan yang sengaja ditanam baik untuk makanan manusia atapun untuk
obat-obatan herbal, segala macam hewan
yang ingin diambil dagingnya ataupun juga untuk obat-obatan. Semua itu untuk kebutuhan dan kesenangan hidup manusia. Selain
itu, manusia juga bisa menemukan titik-titik kekayaan alam di bumi ataupun di
laut untuk dimanfaatkan untuk kebutuhan
dan kesenangan hidup manusia pula.
2.
Memelihara dan melestarikan alam
Tugas
ini dapat dilakukan dengan membiarkan alam berkembang dan tumbuh secara
alamiah, dengan kata lain tidak mengganggu kehidupan tumbuhan lebih-lebih hutan
yang sengaja dijadikan sebagai penahan
erosi (hutan lindung) yang berguna pula untuk kehidupan binatang.
Selain itu, seorang ilmuan sebagai bentuk cintanya terhadap alam mesti
melakukan rehabilitasi terhadap alam lingkungan yang sudah rusak dengan menanam
kembali pohon-pohonan di tempat-tempat tersebut.
3.
Mengelola alam
Mengelola
alam dapat dilakukan dengan cara mengembangkan teknlogi ramah lingkungan,
teknologi daur ulang, dan harus bisa memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak
untuk kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
4.
Mengawasi kelestarian alam dari kezaliman
orang-orang yang tak bertanggungjawab
Seorang ilmuwan mesti juga menjadi pengawas terhadap kelestarian
lingkungan yang berfungsi menjadi mitra pemerintah dalam menjaga keutuhan alam di
bidang penegakan hukum. Pelaku ilegal loging harus secara dini diketahui
oleh ilmuwan dengan melaporkan pelaku-pelakunya kepada pihak yang berwajib.