Ramadhan
adalah bulan yang mulia, bulan keberkahan dan bulan kasih sayang Allah
Swt. Umat Islam senantiasa mengisi bulan ramadhan dengan
kegiatan-kegiatan amal seperti shalat tarawih,
membaca al-Quran, bersedekah dan mendengarkan tausyiah ustaz. Betapa bulan ramadhan selalu mengubah umat Islam yang sebelumnya tidak pernah ke masjid, begitu di bulan ramadhan jadi rajin ke masjid khususnya untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah. Gambaran kemeriahan bulan ramadhan memang selalu terwakili oleh aktivitas ibadah di masjid-masjid.
membaca al-Quran, bersedekah dan mendengarkan tausyiah ustaz. Betapa bulan ramadhan selalu mengubah umat Islam yang sebelumnya tidak pernah ke masjid, begitu di bulan ramadhan jadi rajin ke masjid khususnya untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah. Gambaran kemeriahan bulan ramadhan memang selalu terwakili oleh aktivitas ibadah di masjid-masjid.
Semangat
keberagamaan di bulan seperti di atas sangat bagus sekali untuk syiar
umat Islam tetapi sayang sekali kondisi seperti itu tidak lagi
kelihatan setelah berlalu ramadhan. Saya dapat mengatakan bahwa hal itu
disebabkan karena mereka kurang memahami pesan Ramadhan, di samping itu
para ustaz/dai juga tidak utuh dalam menyampaikan pesan-pesan itu
kepada umat. Sedemikian tidak utuhnya sehingga para ustaz/dai memahami
hadis yang menyebutkan: barangsiapa yang melaksanakan puasa ramadhan
dengan keimanan dan perhitungan akan diampuni dosa-dosanya yang lalu
tanpa menjelaskan bahwa yang dimaksud iman di sana adalah mereka yang
melaksanakan shalat 5 kali sehari semalam.
Perintah melaksanakan puasa ramadhan tercantum dalam Q.s. al-Baqarah/2: 183:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
Pada
ayat di atas yang diperintah untuk melaksanakan puasa ramadhan adalah
orang yang beriman. Pertanyaannya adalah siapa yang dimaksud dengan
orang beriman. Jawabannya terdapat dalam Q.s.l-Anfal/8: 2-3 di bawah
ini:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى
رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka.
Lebih sempurna lagi mengenai ciri-ciri orang beriman terdapat dalam Q.s al-Mu'minun/23: 1-9 berbunyi:
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ
(2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ
لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5)
إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ
غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْعَادُونَ (7) وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
(8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُون
Artinya:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.(yaitu) orang-orang
yang khusyu' dalam sembahyangnya dan orang-orang yang menjauhkan diri
dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang
menjaga kemaluannya kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak
yang mereka
miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang
memelihara sembahyangnya.
Itulah yang dimaksud dengan orang beriman. Dalam kaitannya dengan shalat, orang yang beriman adalah:
1. orang yang melaksanakan shalat 5 waktu,
2. orang yang memelihara shalatnya dengan tepat melaksanakan pada waktunya,
3. orang yang khusyu' dalam shalatnya.
1. orang yang melaksanakan shalat 5 waktu,
2. orang yang memelihara shalatnya dengan tepat melaksanakan pada waktunya,
3. orang yang khusyu' dalam shalatnya.
Kita
mengetahui bersama bahwa kedudukan shalat adalah sebagai tiang agama
(H.R.Bukhari Muslim). Diibaratkan dalam sebuah bangunan, kedudukan
shalat adalah sebagai tiangnya/pilar. Bagaimana dengan puasa? Dalam
sebuah hadis dijelaskan: Puasa adalah perisai/benteng (H.R. Bukhari
Muslim dari Abu Hurairah). Dari hadis ini dapat ditarik analisa bahwa
kedudukan puasa jika diibaratkan dalam sebuah bangunan dalah sebagai
dinding sedangkan kewajiban-kewajibannya lainnya seperti zakat
berkedudukan sebagai atap, haji sebagai plester/cat rumah dan syahadat
sebagai fondasi utamanya.
Hadis riwayat Muslim berbunyi : إنّ بين الرّجل و بين الشرك و الكفر ترك الصلاة
artinya: Batas antara orang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat
Pada hadis di atas dijelaskan bahwa orang yang meninggalkan shalat disebut kafir/syirik.
Pada hadis riwayat Bukhari dari Buraidah ra. berbunyi: من ترك صلاة العصر فقد حبط عمله
Artinya: barangsiapa yang meninggalkan shalat ashar maka gugurlah amalnya.
Pada
hadis di atas amal orang-orang yang meninggalkan shalat dikatakan
amalnya gugur yang artinya batal atau tidak dinaikkan amalnya kehadirat
Allah Swt.
Kesimpulan.
1. Sungguh sia-sialah orang yang berpuasa ramadhan tetapi tidak melaksanakan shalat 5 waktu. Inilah salah satu maksud hadis Nabi Saw yang menyatakan: "betapa banyak orang yang melaksanakan puasa tetapi ia tidak memperoleh apa-apa kecuali lapar dan dahaga" (H,R. Ibnu Majah),
1. Sungguh sia-sialah orang yang berpuasa ramadhan tetapi tidak melaksanakan shalat 5 waktu. Inilah salah satu maksud hadis Nabi Saw yang menyatakan: "betapa banyak orang yang melaksanakan puasa tetapi ia tidak memperoleh apa-apa kecuali lapar dan dahaga" (H,R. Ibnu Majah),
2. Lakukan perintah-perintah Islam
yang terdapat dalam Rukun Islam secara berurut dan benar. Artinya, benarkan
dahulu Syahadat kemudian Salat, zakat, puasa dan haji secara berurutan karena apabila Syahadatnya
belum benar maka salat juga tidak benar;
jika Salat tidak benar (gerakan salat masih banyak yang belum sempurna
maupun belum khusyu’) maka pasti puasa Ramadan juga tidak benar dan seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar